🔸Disunnnahkan mandi
Dalilnya riwayat dari Zadan rahimahullah, ia mengatakan:
أنَّ رجلًا سأَل عليًّا ، رضي اللهُ عنه ، عنِ الغُسلِ ، فقال : اغتَسِلْ كلَّ يومٍ إن شئتَ ، قال : لا بل الغسلُ , قال : اغتَسِلْ كلَّ يومِ جمُعةٍ ، ويومَ الفِطرِ ، ويومَ النحرِ ، ويومَ عرفةَ
“Seorang lelaki bertanya kepada Ali radhiallahu’anhu tentang mandi, ia menjawab: ‘Mandilah setiap hari jika engkau mau’. Lelaki tadi berkata: ‘bukan itu, tapi mandi yang benar-benar mandi’. Ali menjawab: ‘Mandi di hari Jum’at, Idul Fitri, Idul Adha dan hari Arafah’” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil 1/177).
Demikian juga riwayat dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى
“Bahwa Abdullah bin Umar biasanya mandi di hari Idul Fitri sebelum berangkat menuju lapangan” (HR. Al Muwatha no.428, dishahihkan An Nawawi dalam Al Majmu’, 5/6).
Batasan minimal mandinya adalah meratakan air ke seluruh tubuh disertai kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke hidung). Yang sempurna adalah mandi dengan urutan sebagaimana urutan mandi janabah dalam hadits Aisyah.
🔸Dianjurkan memakai pakaian yang terbaik
Dari Jabir radhiallahu’anhu, ia mengatakan:
كان للنبي صلى الله عليه وسلم جبة يلبسها للعيدين ويوم الجمعة
“Biasanya Nabi Shallallahu’alahi Wasallam menggunakan jubah di hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan di hari Jum’at” (HR. Ibnu Khuzaimah no.1765, didhaifkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Khuzaimah).
Diriwayatkan dari Nafi’ rahimahullah:
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَلْبَسُ فِي الْعِيدَيْنِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ
“Ibnu Umar biasa mengenakan bajunya yang terbaik pada Idul Fitri dan Idul Adha” (HR. Al Baihaqi 6143, dishahihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/510).
🔸Memakai wewangian (bagi laki-laki)
Dari Nafi rahimahullah, beliau berkata tentang Ibnu Umar radhiallahu’anhuma:
كان يغتسل ويتطيب يوم الفطر
“Ibnu Umar biasanya mandi dan memakai minyak wangi di hari Idul Fitri” (HR. Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf no. 5752).
Adapun bagi wanita, tidak boleh memakai wewangian
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ
“Perempuan mana saja yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-laki, sehingga mereka mencium wangi harumnya maka ia adalah seorang pezina” (HR. Abu Daud no.4173, Tirmidzi no. 2786. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.323).
🔸Dianjurkan makan sebelum shalat Idul Fitri, dan dianjurkan tidak makan sebelum shalat Idul Adha
Berdasarkan hadits dari Buraidah Al Aslami radhiallahu’anhu ia berkata:
ان النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم لا يَخْرُجُ يومَ الفِطْرِ حتى يَطْعَمَ ، ولا يَطْعَمُ يومَ الأضحى ، حتى يُصَلِّيَ
“Nabi Shallalahu’alaihi Wasallam tidak keluar di hari Idul Fitri sebelum makan terlebih dahulu. Dan tidak makan di hari Idul Adha, sampai shalat” (HR. Tirmidzi no. 542 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi).
Dalam riwayat Al Bazzar:
لا يَطْعَمُ يوم الأضحى حتى يرجعَ
“Beliau tidak makan di hari Idul Adha, sampai kembali dari shalat”.
Dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:
كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يغدو يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً
“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan kurma terlebih dahulu, dan beliau makan kurma dengan jumlah ganjil” (HR. Bukhari).
🔸Dilarang puasa di hari Id
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:
نهى النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عن صومِ يومِ الفِطرِ والنَّحرِ
“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam melarang puasa di hari Idul Fitri dan hari Idul Adha” (HR. Al Bukhari no.1991, Muslim no.827).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang hari Idul Adha dan hari Tasyriq,
ألا وإنَّ هذِهِ الأيَّامَ أيَّامُ أَكْلٍ وشربٍ وذِكْرِ اللَّهِ عزَّ وجلَّ
“Ketahuilah bahwa hari-hari ini adalah hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla” (HR. Abu Daud no. 2813, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Ulama ijma akan hal ini.
🔸Mengambil jalan yang berbeda ketika pergi shalat Id
Dalilnya hadits Jabir:
كان النبي – صلى الله عليه وسلم – إذا كان يوم عيدٍ خالَفَ الطريقَ
“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya ketika hari Id mengambil jalan yang berbeda antara pulang dan pergi” (HR. Bukhari no.986).
🔸Berjalan kaki ke lapangan
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله ُ عليه وسلم يَخْرُجُ إلي الْعيدِ مَا شِياً وَيَرْجِعُ مَاشِياً
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam keluar menuju shalat Id dengan berjalan kaki dan pulang dengan berjalan kaki” (HR. Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Albani).
Sa’id ibnu Musayyab mengatakan:
سنة الفطر ثلاث : المشي إلى المصلى ، والأكل قبل الخروج ، والاغتسال
“Sunnah di hari Idul FItri ada tiga: berjalan ke lapangan, makan sebelum keluar, dan mandi” (Ahkamul Idain karya Al Firyabi, 17).
🔸Menyegerakan pelaksanaan shalat Idul Adha
Dengan kata lain jika dimulai lebih pagi itu lebih baik. Diriwayatkan secara mursal bahwa:
كتَب إلى عمرِو بنِ حزْمٍ وهو بنَجْرانَ عجِّلِ الأضحى وأخِّرِ الفطرَ وذكِّرِ الناسَ
“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam mengirim surat kepada Amr bin Hazm ketika ia di Najran agar ia menyegerakan shalat Idul Adha dan mengakhirkan shalat Idul Fitri dan mengingatkan manusia” (HR. Al Baihaqi 3/282).
Pada Idul Fitri tujuannya untuk melonggarkan waktu pembayaran zakat fitri, sedangkan pada Idul Adha untuk menyegerakan penyembelihan sehingga waktunya lebih luas (Mulakhash Fiqhi, 1/270)
🔸Bertakbir dengan suara keras ketika berjalan menuju lapangan hingga shalat dimulai
Ini diambil dari ayat:
وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Agar kalian menyempurnakan hitungannya, dan kalian bertakbir kepada Allah atas hidayah yang Allah berikan. Dan agar kalian bersyukur” (QS. Al Baqarah: 185).
Abu Abdirrahman As Sulami mengatakan:
كانوا في الفطر أشد منهم في الأضحى قال وكيع يعني التكبير
“Dahulu para salaf lebih bersemangat di hari Idul Fitri daripada ketika Idul Adha. Waki mengatakan: maksudnya dalam hal bertakbir” (Dishahihkan oleh Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 3/122).
Lafadz takbir yang diriwayatkan dari salaf ada beberapa macam:
- Berjumlah genap di awal dan akhir
الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
- Berjumlah ganjil di awal dan akhir
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
- Berjumlah ganjil di awal, genap di akhir
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
- Berjumlah genap di awal, ganjil di akhir
الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
(Mausu’ah Fiqhil Islami karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim At Tuwaijiri, 2/664).
🔸Para wanita haid dan yang ada halangan shalat tetap menghadiri shalat id, walaupun tidak ikut shalat
Sebagaimana hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).
🔸Shalat Id hukumnya fardhu ‘ain
Berdasarkan hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud, no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).
Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan para wanita yang sedang haid dan wanita yang dipingit untuk hadir di lapangan walau mereka tidak ikut shalat Id. Maka bagaimana lagi dengan orang yang tidak sedang haid dan bukan wanita yang dipingit?!
Takbir tambahan dalam shalat Id hukumnya sunnah. Namun ulama khilaf apakah 7 takbir di rakaat pertama itu termasuk takbiratul ihram ataukah tidak ternasuk. Madzhab Hambali mengatakan 7 takbir sudah termasuk takbiratul ihram. Yaitu 1 takbiratul ihram, dan 6 takbir tambahan. Dalam matan Al Akhshar disebutkan:
يكبر في الأولى بعد الإستفتاح و قبل التعوذ و القراءة ستا
“Bertakbir di rakaat pertama setelah membaca istiftah dan sebelum membaca ta’awwudz dan Al Fatihah, sebanyak 6 takbir”.
Ini juga merupakan pendapat madzhab Maliki.
Sedangkan Syafi’iyyah berpendapat bahwa 7 takbir di rakaat pertama itu tidak termasuk takbiratul ihram. Sehingga 1 takbiratul ihram, dan 7 takbir tambahan, total ada 8 takbir. Ini juga yang dirajihkan oleh Syaikh Shalih Al Fauzan, beliau berkata:
كما مر في الحديث سبع بعد تكبرة الإحرام و خمسة بعد تكبرات الإنتقال في الركعة الثانية
“Sebagaimana disebutkan dalam hadits, 7 takbir setelah takbiratul ihram dan 5 takbir setelah takbir intiqal di rakaat kedua”.
Ini pendapat yang lebih kami condongi, wallahu a’lam.
🔸Memberikan ucapan selamat hari raya
Dari Jubair bin Nufair ia mengatakan:
كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض ، تُقُبِّل منا ومنك
“Dahulu para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika saling bertemu di hari id, mereka mengucapkan: taqabbalallahu minna wa minka” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubrah, dihasankan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, 2/446).
🔸Bergembira di hari raya
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:
قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر
“Di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam baru hijrah ke Madinah, warga Madinah memiliki dua hari raya yang biasanya di hari itu mereka bersenang-senang. Rasulullah bertanya: ‘Perayaan apakah yang dirayakan dalam dua hari ini?’. Warga madinah menjawab: ‘Pada dua hari raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa merayakannya dengan bersenang-senang’. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri” (HR. Abu Daud, 1134, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
Perkataan Nabi “Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian” menunjukkan hari raya pengganti memiliki sifat yang sama seperti hari raya yang digantikan, yaitu hari untuk bersenang-senang dan bergembira. Maka dianjurkan bagi kita untuk bergembira dan berbahagia di hari raya idul fitri maupun idul adha.
Oleh karena itu Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan:
إِظْهَار السُّرُورِ فِي الْأَعْيَادِ مِنْ شِعَارِ الدِّينِ
“Menampakkan kegembiraan di hari Id adalah bagian dari syi’ar agama” (Fathul Bari, 2/443).
🔸Boleh bermain duff di hari raya
Bahkan dibolehkan anak-anak kecil memainkan rebana di hari raya. Sedangkan di hari-hari lain, tidak diperbolehkan bermain rebana karena termasuk alat musik. Dalam hadits dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:
أن أبا بكر رضي الله عنهما دخل عليها وعندها جاريتان في أيام منى تدففان وتضربان والنبي صلى الله عليه وسلم متغش بثوبه فانتهرهما أبو بكر فكشف النبي صلى الله عليه وسلم عن وجهه فقال دعهما يا أبا بكر فإنها أيام عيد وتلك الأيام أيام منى
“Abu Bakar radhiallaahu’anhuma masuk menemuinya ’Aisyah. Di sampingnya terdapat dua orang anak perempuan di hari Mina yang menabuh duff. Nabi shallallaahu’alaihi wasallam ketika itu menutup wajahnya dengan bajunya. Ketika melihat hal tersebut, Abu Bakar membentak kedua anak perempuan tadi. Nabi shallallaahu’alaihi wasallam kemudian membuka bajunya yang menutup wajahnya dan berkata : ”Biarkan mereka wahai Abu Bakar, sesungguhnya hari ini adalah hari raya”. Pada waktu itu adalah hari-hari Mina” (HR. Bukhari no.987, Muslim no.892).
Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengomentari hadits di atas:
وفيه دليل على إظهار السرور وأسبابه فى الأعياد
“Dalam hadits ini terdapat dalil dianjurkannya menampakkan kegembiraan dan mengupayakan sebab-sebabnya di hari Id” (Ikmalul Mu’lim, 3/307).
🔸Bersedekah di hari raya
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:
خَرَجَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في أضْحًى أوْ فِطْرٍ إلى المُصَلَّى، ثُمَّ انْصَرَفَ، فَوَعَظَ النَّاسَ، وأَمَرَهُمْ بالصَّدَقَةِ، فَقَالَ: أيُّها النَّاسُ، تَصَدَّقُوا، فَمَرَّ علَى النِّسَاءِ، فَقَالَ: يا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ؛ فإنِّي رَأَيْتُكُنَّ أكْثَرَ أهْلِ النَّارِ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam keluar di hari Idul Adha atau Idul Fitri ke lapangan. Ketika selesai shalat beliau berkhutbah di depan orang-orang memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau bersabda: Wahai manusia, bersedekahlah. Kemudian beliau melewati para wanita beliau bersabda: wahai para wanita, bersedekahlah. Karena aku melihat kebanyakan penduduk neraka adalah wanita” (HR. Al Bukhari no.1462).
Wallahu a’lam.
🏘https://kangaswad.wordpress.com/2023/06/27/adab-adab-di-hari-raya-idul-fitri-dan-idul-adha/
🔸Disunnnahkan mandi
Dalilnya riwayat dari Zadan rahimahullah, ia mengatakan:
أنَّ رجلًا سأَل عليًّا ، رضي اللهُ عنه ، عنِ الغُسلِ ، فقال : اغتَسِلْ كلَّ يومٍ إن شئتَ ، قال : لا بل الغسلُ , قال : اغتَسِلْ كلَّ يومِ جمُعةٍ ، ويومَ الفِطرِ ، ويومَ النحرِ ، ويومَ عرفةَ
“Seorang lelaki bertanya kepada Ali radhiallahu’anhu tentang mandi, ia menjawab: ‘Mandilah setiap hari jika engkau mau’. Lelaki tadi berkata: ‘bukan itu, tapi mandi yang benar-benar mandi’. Ali menjawab: ‘Mandi di hari Jum’at, Idul Fitri, Idul Adha dan hari Arafah’” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil 1/177).
Demikian juga riwayat dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى
“Bahwa Abdullah bin Umar biasanya mandi di hari Idul Fitri sebelum berangkat menuju lapangan” (HR. Al Muwatha no.428, dishahihkan An Nawawi dalam Al Majmu’, 5/6).
Batasan minimal mandinya adalah meratakan air ke seluruh tubuh disertai kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke hidung). Yang sempurna adalah mandi dengan urutan sebagaimana urutan mandi janabah dalam hadits Aisyah.
🔸Dianjurkan memakai pakaian yang terbaik
Dari Jabir radhiallahu’anhu, ia mengatakan:
كان للنبي صلى الله عليه وسلم جبة يلبسها للعيدين ويوم الجمعة
“Biasanya Nabi Shallallahu’alahi Wasallam menggunakan jubah di hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan di hari Jum’at” (HR. Ibnu Khuzaimah no.1765, didhaifkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Khuzaimah).
Diriwayatkan dari Nafi’ rahimahullah:
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَلْبَسُ فِي الْعِيدَيْنِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ
“Ibnu Umar biasa mengenakan bajunya yang terbaik pada Idul Fitri dan Idul Adha” (HR. Al Baihaqi 6143, dishahihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/510).
🔸Memakai wewangian (bagi laki-laki)
Dari Nafi rahimahullah, beliau berkata tentang Ibnu Umar radhiallahu’anhuma:
كان يغتسل ويتطيب يوم الفطر
“Ibnu Umar biasanya mandi dan memakai minyak wangi di hari Idul Fitri” (HR. Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf no. 5752).
Adapun bagi wanita, tidak boleh memakai wewangian
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ
“Perempuan mana saja yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-laki, sehingga mereka mencium wangi harumnya maka ia adalah seorang pezina” (HR. Abu Daud no.4173, Tirmidzi no. 2786. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.323).
🔸Dianjurkan makan sebelum shalat Idul Fitri, dan dianjurkan tidak makan sebelum shalat Idul Adha
Berdasarkan hadits dari Buraidah Al Aslami radhiallahu’anhu ia berkata:
ان النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم لا يَخْرُجُ يومَ الفِطْرِ حتى يَطْعَمَ ، ولا يَطْعَمُ يومَ الأضحى ، حتى يُصَلِّيَ
“Nabi Shallalahu’alaihi Wasallam tidak keluar di hari Idul Fitri sebelum makan terlebih dahulu. Dan tidak makan di hari Idul Adha, sampai shalat” (HR. Tirmidzi no. 542 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi).
Dalam riwayat Al Bazzar:
لا يَطْعَمُ يوم الأضحى حتى يرجعَ
“Beliau tidak makan di hari Idul Adha, sampai kembali dari shalat”.
Dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:
كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يغدو يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً
“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan kurma terlebih dahulu, dan beliau makan kurma dengan jumlah ganjil” (HR. Bukhari).
🔸Dilarang puasa di hari Id
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:
نهى النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عن صومِ يومِ الفِطرِ والنَّحرِ
“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam melarang puasa di hari Idul Fitri dan hari Idul Adha” (HR. Al Bukhari no.1991, Muslim no.827).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang hari Idul Adha dan hari Tasyriq,
ألا وإنَّ هذِهِ الأيَّامَ أيَّامُ أَكْلٍ وشربٍ وذِكْرِ اللَّهِ عزَّ وجلَّ
“Ketahuilah bahwa hari-hari ini adalah hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla” (HR. Abu Daud no. 2813, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Ulama ijma akan hal ini.
🔸Mengambil jalan yang berbeda ketika pergi shalat Id
Dalilnya hadits Jabir:
كان النبي – صلى الله عليه وسلم – إذا كان يوم عيدٍ خالَفَ الطريقَ
“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya ketika hari Id mengambil jalan yang berbeda antara pulang dan pergi” (HR. Bukhari no.986).
🔸Berjalan kaki ke lapangan
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله ُ عليه وسلم يَخْرُجُ إلي الْعيدِ مَا شِياً وَيَرْجِعُ مَاشِياً
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam keluar menuju shalat Id dengan berjalan kaki dan pulang dengan berjalan kaki” (HR. Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Albani).
Sa’id ibnu Musayyab mengatakan:
سنة الفطر ثلاث : المشي إلى المصلى ، والأكل قبل الخروج ، والاغتسال
“Sunnah di hari Idul FItri ada tiga: berjalan ke lapangan, makan sebelum keluar, dan mandi” (Ahkamul Idain karya Al Firyabi, 17).
🔸Menyegerakan pelaksanaan shalat Idul Adha
Dengan kata lain jika dimulai lebih pagi itu lebih baik. Diriwayatkan secara mursal bahwa:
كتَب إلى عمرِو بنِ حزْمٍ وهو بنَجْرانَ عجِّلِ الأضحى وأخِّرِ الفطرَ وذكِّرِ الناسَ
“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam mengirim surat kepada Amr bin Hazm ketika ia di Najran agar ia menyegerakan shalat Idul Adha dan mengakhirkan shalat Idul Fitri dan mengingatkan manusia” (HR. Al Baihaqi 3/282).
Pada Idul Fitri tujuannya untuk melonggarkan waktu pembayaran zakat fitri, sedangkan pada Idul Adha untuk menyegerakan penyembelihan sehingga waktunya lebih luas (Mulakhash Fiqhi, 1/270)
🔸Bertakbir dengan suara keras ketika berjalan menuju lapangan hingga shalat dimulai
Ini diambil dari ayat:
وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Agar kalian menyempurnakan hitungannya, dan kalian bertakbir kepada Allah atas hidayah yang Allah berikan. Dan agar kalian bersyukur” (QS. Al Baqarah: 185).
Abu Abdirrahman As Sulami mengatakan:
كانوا في الفطر أشد منهم في الأضحى قال وكيع يعني التكبير
“Dahulu para salaf lebih bersemangat di hari Idul Fitri daripada ketika Idul Adha. Waki mengatakan: maksudnya dalam hal bertakbir” (Dishahihkan oleh Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 3/122).
Lafadz takbir yang diriwayatkan dari salaf ada beberapa macam:
- Berjumlah genap di awal dan akhir
الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
- Berjumlah ganjil di awal dan akhir
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
- Berjumlah ganjil di awal, genap di akhir
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
- Berjumlah genap di awal, ganjil di akhir
الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
(Mausu’ah Fiqhil Islami karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim At Tuwaijiri, 2/664).
🔸Para wanita haid dan yang ada halangan shalat tetap menghadiri shalat id, walaupun tidak ikut shalat
Sebagaimana hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).
🔸Shalat Id hukumnya fardhu ‘ain
Berdasarkan hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud, no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).
Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan para wanita yang sedang haid dan wanita yang dipingit untuk hadir di lapangan walau mereka tidak ikut shalat Id. Maka bagaimana lagi dengan orang yang tidak sedang haid dan bukan wanita yang dipingit?!
Takbir tambahan dalam shalat Id hukumnya sunnah. Namun ulama khilaf apakah 7 takbir di rakaat pertama itu termasuk takbiratul ihram ataukah tidak ternasuk. Madzhab Hambali mengatakan 7 takbir sudah termasuk takbiratul ihram. Yaitu 1 takbiratul ihram, dan 6 takbir tambahan. Dalam matan Al Akhshar disebutkan:
يكبر في الأولى بعد الإستفتاح و قبل التعوذ و القراءة ستا
“Bertakbir di rakaat pertama setelah membaca istiftah dan sebelum membaca ta’awwudz dan Al Fatihah, sebanyak 6 takbir”.
Ini juga merupakan pendapat madzhab Maliki.
Sedangkan Syafi’iyyah berpendapat bahwa 7 takbir di rakaat pertama itu tidak termasuk takbiratul ihram. Sehingga 1 takbiratul ihram, dan 7 takbir tambahan, total ada 8 takbir. Ini juga yang dirajihkan oleh Syaikh Shalih Al Fauzan, beliau berkata:
كما مر في الحديث سبع بعد تكبرة الإحرام و خمسة بعد تكبرات الإنتقال في الركعة الثانية
“Sebagaimana disebutkan dalam hadits, 7 takbir setelah takbiratul ihram dan 5 takbir setelah takbir intiqal di rakaat kedua”.
Ini pendapat yang lebih kami condongi, wallahu a’lam.
🔸Memberikan ucapan selamat hari raya
Dari Jubair bin Nufair ia mengatakan:
كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض ، تُقُبِّل منا ومنك
“Dahulu para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika saling bertemu di hari id, mereka mengucapkan: taqabbalallahu minna wa minka” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubrah, dihasankan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, 2/446).
🔸Bergembira di hari raya
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:
قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر
“Di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam baru hijrah ke Madinah, warga Madinah memiliki dua hari raya yang biasanya di hari itu mereka bersenang-senang. Rasulullah bertanya: ‘Perayaan apakah yang dirayakan dalam dua hari ini?’. Warga madinah menjawab: ‘Pada dua hari raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa merayakannya dengan bersenang-senang’. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri” (HR. Abu Daud, 1134, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
Perkataan Nabi “Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian” menunjukkan hari raya pengganti memiliki sifat yang sama seperti hari raya yang digantikan, yaitu hari untuk bersenang-senang dan bergembira. Maka dianjurkan bagi kita untuk bergembira dan berbahagia di hari raya idul fitri maupun idul adha.
Oleh karena itu Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan:
إِظْهَار السُّرُورِ فِي الْأَعْيَادِ مِنْ شِعَارِ الدِّينِ
“Menampakkan kegembiraan di hari Id adalah bagian dari syi’ar agama” (Fathul Bari, 2/443).
🔸Boleh bermain duff di hari raya
Bahkan dibolehkan anak-anak kecil memainkan rebana di hari raya. Sedangkan di hari-hari lain, tidak diperbolehkan bermain rebana karena termasuk alat musik. Dalam hadits dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:
أن أبا بكر رضي الله عنهما دخل عليها وعندها جاريتان في أيام منى تدففان وتضربان والنبي صلى الله عليه وسلم متغش بثوبه فانتهرهما أبو بكر فكشف النبي صلى الله عليه وسلم عن وجهه فقال دعهما يا أبا بكر فإنها أيام عيد وتلك الأيام أيام منى
“Abu Bakar radhiallaahu’anhuma masuk menemuinya ’Aisyah. Di sampingnya terdapat dua orang anak perempuan di hari Mina yang menabuh duff. Nabi shallallaahu’alaihi wasallam ketika itu menutup wajahnya dengan bajunya. Ketika melihat hal tersebut, Abu Bakar membentak kedua anak perempuan tadi. Nabi shallallaahu’alaihi wasallam kemudian membuka bajunya yang menutup wajahnya dan berkata : ”Biarkan mereka wahai Abu Bakar, sesungguhnya hari ini adalah hari raya”. Pada waktu itu adalah hari-hari Mina” (HR. Bukhari no.987, Muslim no.892).
Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengomentari hadits di atas:
وفيه دليل على إظهار السرور وأسبابه فى الأعياد
“Dalam hadits ini terdapat dalil dianjurkannya menampakkan kegembiraan dan mengupayakan sebab-sebabnya di hari Id” (Ikmalul Mu’lim, 3/307).
🔸Bersedekah di hari raya
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:
خَرَجَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في أضْحًى أوْ فِطْرٍ إلى المُصَلَّى، ثُمَّ انْصَرَفَ، فَوَعَظَ النَّاسَ، وأَمَرَهُمْ بالصَّدَقَةِ، فَقَالَ: أيُّها النَّاسُ، تَصَدَّقُوا، فَمَرَّ علَى النِّسَاءِ، فَقَالَ: يا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ؛ فإنِّي رَأَيْتُكُنَّ أكْثَرَ أهْلِ النَّارِ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam keluar di hari Idul Adha atau Idul Fitri ke lapangan. Ketika selesai shalat beliau berkhutbah di depan orang-orang memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau bersabda: Wahai manusia, bersedekahlah. Kemudian beliau melewati para wanita beliau bersabda: wahai para wanita, bersedekahlah. Karena aku melihat kebanyakan penduduk neraka adalah wanita” (HR. Al Bukhari no.1462).
Wallahu a’lam.
🏘https://kangaswad.wordpress.com/2023/06/27/adab-adab-di-hari-raya-idul-fitri-dan-idul-adha/