Kumpulan Kebaikan

Kumpulan Kebaikan

SENANTIASA MEMOHON AMPUNAN DAN KEMUDAHAN

﴿رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَاۤ إِن نَّسِینَاۤ أَوۡ أَخۡطَأۡنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَیۡنَاۤ إِصۡرࣰا كَمَا حَمَلۡتَهُۥ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِنَاۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦۖ وَٱعۡفُ عَنَّا وَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَاۤۚ أَنتَ مَوۡلَىٰنَا فَٱنصُرۡنَا عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡكَـٰفِرِینَ﴾ [البقرة ٢٨٦] “

Wahai Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”

[QS. Al-Baqarah : 286] 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ.

“Do’a seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabul). Di sisi orang yang akan mendo’akan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan do’anya. Tatkala dia mendo’akan saudaranya tersebut dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata: “Amin. Dan bagimu semisalnya”.

[HR. Muslim no. 2733, dari Ummu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anha]

BERSEGERA UNTUK BERBUAT KEBAIKAN SELAMA MASIH ADA KESEMPATAN

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa”di rahimahullahu ta’ala mengatakan,

فرحم الله عبدا ‌اغتنم أيام القوة والشباب، وأسرع بالتوبة والإنابة قبل طي الكتاب

“Semoga Allah ‘Azza wa Jalla merahmati seorang hamba yang memanfaatkan masa-masa kekuatan dan mudanya dengan berbuat kebaikan, dan bersegera bertaubat dan kembali kepada Allah, sebelum ditutup buku catatan amalannya.

وأخذ نصيبا من الباقيات الصالحات، قبل أن يتمنى ساعة واحدة من ساعات الحياة

Dan memperbanyak dari “al-Baaqiyaatus Shalihaat” (Ialah semua bentuk ketaatan dari kewajiban kepada Allah maupun kepada sesama), sebelum tiba saat seorang berandai-andai untuk dapat melakukan kebaikan walaupun sesaat saja dari kehidupannya.”

(Sumber: al-Fawakih asy-Syahiyyah

PERKARA YANG DICINTAI DAN DIBENCI

Abu Ishaq Al-Khowwash rahimahullah Ta’ala berkata :

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ ثلَاَثَةَ وَيُبْغِضُ ثَلاَثَةَ ، فَأَمَّا مَا يُحِبُّ : فَقِلَّةُ الأَكْلِ ، وَقِلَّةُ النَّوْمِ ، وَقِلَّةُ الكَلاَمِ ، وَأَمَّا مَا يُبْغِضُ : فَكَثْرَةُ الكَلاَمِ ، وَكَثْرَةُ الأَكْلِ ، وَكَثْرَةُ النَّوْمِ “Sesungguhnya Allah ﷻ mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan, dan banyak tidur.”

(Sumber: Syu’abul Iman)

 Menyikapi Kekurangan Orang Yang Bertakwa

Sa‘id bin al-Musayyib rahimahullahu ta’ala berkata,

إنَّه ليس من شريف ولا عالم ولا ذي فضل، إلا وفيه عيب، ولكن من النَّاسِ مَن لا ينبغي أن تذكر عيوبه مَن كان فضله أكثر من نقصه لفضله.

“Tidak ada satupun dari orang mulia, atau berilmu, atau yang memiliki kemuliaan manapun melainkan mesti ada aib pada dirinya. Namun, di antara manusia ada yang tidak layak kekurangannya disebutkan; yaitu seorang yang keutamaannya lebih banyak, daripada kekurangannya terhadap keutamaannya.”

_Sumber: al-Kifayah Fii ‘Ilm ar-Riwayah karya al-Khatib al-Baghdadi (hal. 138)

MERUPAKAN TANDA KEBAHAGIAAN DAN KEBINASAAN

Al-Hafizh Ibnu Hajar -Ahmad bin Ali 852H- rahimahullahu ta’ala berkata,

ما أحسن قول القائل: من علامة السـعادة أَن تُطيع ، وتَخاف ألا تُقبل. ومِن علامة الشقَاوة أن تَعصي ، وتَرجو أن تنجو.

Alangkah indah ucapan seseorang yang mengatakan, “Merupakan tanda kebahagiaan ialah, engkau melakukan ketaatan dan takut ketaatan tersebut tidak diterima (sehingga terus beramal). Dan merupakan tanda kesengsaraan ialah, engkau terus melakukan kemaksiatan, namus berharap dirimu akan selamat (dari siksa).”

(Sumber : Fathul Bari )

SELALU MUHASABAH MERUPAKAN TANDA KEBAIKAN PADA DIRI HAMBA

Al-Hasan al-Bashri -110H- rahimahullahu ta’ala berkata:

إن العبد لا يزال بخير ما كان له واعظ من نفسه وكانت المحاسبة من همته.

“Seorang hamba akan senantiasa berada dalam kebaikan selama dirinya selalu menjadi penasihat bagi dirinya sendiri; dan selalu bersemangat untuk muhasabah (Introspeksi) terhadap diri sendiri.” Sumber: Ighatsatul Lahafan

PUJIAN DAN CELAAN MANUSIA SERINGNYA JAUH DARI KEBENARAN

Malik bin Dinar -wafat 127H- rahimahullahu ta’ala berkata,

مُذْ عَرَفْتُ النَّاسَ لَمْ أَفرَحْ بِمَدحِهِم، وَلَمْ أَكرَهْ ذَمَّهُم؛ لأَنَّ حَامِدَهُم مُفرِطٌ، وَذَامَّهُم مُفرِطٌ.

“Ketika saya benar-benar mengenal sifat manusia, saya tidak lagi gembira dengan pujian mereka dan tidak juga kesal dengan cercaan mereka, karena yang memuji sering berlebih-lebihan dan yang mencerca juga berlebih-lebihan.”

Sumber: Siyar A’lamin Nubala

 BERBAGAI KEUTAMAAN HANYA DIDAPATKAN DARI SHALAT YANG KHUSYUK

Al Imam Ibnul Qayyim -nama beliau Muhammad bin Abi Bakar wafat 751H-rahimahullahu ta’ala berkata:

الصلاة مجلبة للرزق, حافظة للصحة, دافعة للأذى, مطردة للأدواء, مقوية للقلب, مبيضة للوجه, مفرحة للنفس, مذهبة للكسل, منشطة للجوارح, ممدة للقوى, شارحة للصدر, مغذية للروح, منورة للفلب, حافظة للنعمة, دافعة للنقمة, جالبة للبركة, مبعدة من الشيطان مقربة من الرحمن

“Shalat itu akan mendatangkan rezeki, menjaga kesehatan, mencegah dari gangguan, menyembuhkan penyakit, menguatkan hati, mencerahkan wajah, membahagiakan jiwa, menghilangkan kemalasan, memberikan semangat dan kekuatan kepada anggota tubuh, melapangkan dada, memberikan asupan untuk jiwa, menyinari hati, menjaga nikmat Allah, menghindarkan dari murka Allah, menyebabkan keberkahan, menjauhkan dari syaitan, mendekatkan kepada Allah Ta‘ala yang Maha Pengasih.” Sumber: Zaadul Ma’ad 

DIANTARA TANDA TAUBAT NASUHA (YANG BENAR)

Syaqiq bin Ibrahim al-Azdi al-Balkhi (194H) rahimahullahu ta’ala berkata,

علامة التوبة البكاء على ما سلف، والخوف من الوقوع في الذنب، وهجران إخوان السوء، وملازمة الأخيار.

“Merupakan tanda taubat yang benar ialah; menangisi dosa-dosa yang telah berlalu, khawatir terjatuh ke dalam dosa, menjauh dari teman-teman yang buruk (agamanya) dan senantiasa bersama orang-orang shalih.”

Sumber: Siyar A’lamin Nubala

 ISTIGHFAR MERUPAKAN SEBAB UNTUK MENGGAPAI KEBAHAGIAAN

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin (1421) rahimahullahu ta’ala berkata,

ولا شك أن الاستغفار سبب لمحو الذنوب ، وإذا محيت الذنوب تخلفت آثارها المرتبة عليها ، وحينئذٍ يحصل للإنسان الرزق والفرج من كل كرب ، ومن كل هم. “

Tidak diragukan lagi bahwa istighfar merupakan sebab terhapusnya dosa. Jika dosa telah terhapus, maka bekasnya juga akan hilang bersamaan dengan itu, sehingga seorang hamba akan mendapatkan rizki, serta akan dimudahkan jalan keluar dari setiap kesusahan dan kesedihan hidupnya.”

Sumber: Silsilah Audio Fatawa Nuurun Alad Darb

RENDAH HATI MERUPAKAN PRIBADI SEORANG MUSLIM

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوْا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَ لاَ يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ.

“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’ (rendah hati,pent) sehingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap orang lain dan tidak berlaku zhalim terhadap orang lain.”

HR. Muslim (no. 2588)

dari sahabat ‘Iyadh bin Himar radhiyallahu ’anhu. 

BERBAGAI JALAN MENUJU SURGA

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

”يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

“Wahai manusia, sebarkan ucapan salam, berilah makan, sambunglah hubungan silaturahim, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur; niscaya kalian masuk surga dengan selamat.”

Sumber: HR. At-Tirmidzi (no. 2485) dari Abdullah bin Salaam radhiyallahu ‘anhu. Hadits Shahih, lihat Shahih al-Jami’ (7865)

🍀

 

Doa Qunut Nazilah Sesuai Sunnah

Doa Qunut Nazilah Sesuai Sunnah

Dari Ustadz Ahmad Zainuddin Al Banjary

اللَّهُمَّ الْعَنْ بني صهيون، وَعُصَيَّةَ عَصَوْا اللَّهَ وَرَسُولَهُ
Bacaan latin: ALLAHUMMAL’AN BANI SUHYUN WA ‘USHAYYATA ‘ASHAWULLAHA WARASULAH

Artinya: Ya Allah, laknatlah kaum Zionis yang kafir dan lancang, ahli maksiat yang bermaksiat kepada Allah dan Rasulnya. (Doa disarikan dari hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim).


اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ ، اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ

Bacaan latin: ALLAHUMMA QATIL AL KAFARATALLADZINA YUKADZDZIBUNA RUSULAKA WAYASHUDDUNA ‘AN SABILIKA, WAJ’AL ‘ALAIHIM RIJZAKA WA ‘ADZABAK, ALLAHUMMA QATIL AL KAFARATALLADZINA UTUL KITAB ILAHAL HAQ.

Artinya: Ya Allah, Hancurkanlah orang-orang kafir yang mendustakan para rasul-Mu, yang menghalangi dari jalan-Mu, dan timpakanlah kepqda mereka hukuman dan siksa-Mu. Ya Allah, binasakanlah orang-orang kafir ahlu kitab, wahai Tuhan yang Hak. (Doa disarikan dari hadits riwayat Al Hakim dalam kitabnya al Mustadrak)

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ ، وَنُؤْمِنُ بِكَ ، وَنَخْضَعُ لَكَ ، وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَكْفُرُكَ ، اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ ، وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ ، وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ ، نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخَافُ عَذَابَكَ الْجَدَّ ، إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكَافِرِينَ مُلْحَقٌ

Bacaan latin: ALLAHUMMA INNA NASTA’INUKA WANASTAGHFIRUKA WANU’MINU BIKA, WA NAKHDO’U LAKA, WANAKHLA’U WANATRULU MAN YAKFUKUKA, ALLAHUMMA IYYAK NA’BUDU WALAKA NUSHOLLI WA NASJUD WA ILAILA NAS’A WANAHFID, NARJU RAHMATAKA WANAKHAFU ‘ADZABAKALJIDDA, INNA ‘AZABAKA BILKAFIRIN MULHAQ.

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya kami memohon pertolongan kepada-Mu, memohoh maghfirah dari-Mu, beriman kepada-Mu, kami berlepas diri dan meninggalkan yang kafir kepada-Mu, Ya Allah hanya kepada-Mu kami beribadah, hanya untuk-Mu kami salat dan sujud, hanya kepada berharap dan menghadap, kami berharap rahmat-Mu, takut siksa-Mu, sesungguhnya siksa-Mu berat, sesungguhnya siksa-Mu akan di dapat oleh orang-orang kafir. (Doa disarikan dari hadits riwayat Al Baihaqy dalam kitabnya as sunan Al Kubra)

Doa Doa Istisqa (Meminta Hujan)

Doa Doa Istisqa (Meminta Hujan)

Doa-doa Istisqa (minta hujan)

Musim kering melanda, mari perbanyak doa-doa untuk meminta hujan kepada Allah ta’ala.

Berikut ini beberapa doa yang dipraktekkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika untuk meminta hujan:

اللَّهُمَّ اَسْقِنَا، اللَّهُمَّ اَسْقِنَا، اللَّهُمَّ اَسْقِنَا

“Ya Allah turunkan hujan kepada kami. 3x” (HR. Bukhari, no. 1013, 1014, Muslim no.897).

Dalam riwayat Muslim:

اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا

“Ya Allah turunkan hujan kepada kami. 3x”

اللَّهُمَّ اَسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا، مَرِيْعًا، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍ، عَاجِلاً غَيْرَ آجِلٍ

“Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang lebat, yang terus-menerus, yang bermanfaat serta tidak membahayakan, yang datang dengan segera dan tidak tertunda” (HR. Abu Daud no.1169, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

الحَمْدُ لِله رَبِّ العَالَمِيْنَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، مَلِكِ يَوْمِ الدّيْنِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيْدُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الغَنِيُّ وَنَحْنُ الفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إلَى حِيْنٍ

“Tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau Yang Maha kaya sementara kami yang membutuhkan. Maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan” (HR. Abu Daud no.1173, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

اللَّهُمَّ اَسْقِ عِبَادَكَ، وَبَهَائِمَكَ، وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ، وَأَحْيِيْ بَلَدَكَ المَيِّتَ

“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada hamba-Mu, serta hewan-hewan ternak, tebarkanlah rahmat-Mu, serta hidupkanlah negeri-negeri yang mati” (HR. Abu Daud no.1176, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

اللَّهُمًّ اَسْقِنَا غَيْثًا مَرِيْئًا مَرِيْعًا طَبَقًا عَاجِلاً غَيْرَ رَائِثٍ ، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ

“Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang lebat, yang memberi kebaikan, yang terus-menerus, yang memenuhi bumi, yang datang dengan segera dan tidak tertunda, yang bermanfaat serta tidak membahayakan” (HR. Ibnu Maajah no.1269, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Maajah).

Join channel telegram @fawaid_kangaswad

Tata Cara Sujud Sahwi | Almanhaj

Tata Cara Sujud Sahwi | Almanhaj

TATA CARA SUJUD SAHWI Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Sujud sahwi adalah suatu istilah untuk dua sujud yang dikerjakan oleh orang yang shalat, fungsinya untuk menambah celah-celah yang kurang dalam shalatnya karena lupa. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang harus mengerjakan sujud sahwi ada tiga macam : penambahan, pengurangan dan ragu-ragu 1. Penambahan Apabila seorang yang
— Baca di almanhaj.or.id/2217-tata-cara-sujud-sahwi.html

Doa Ketika Mendadak Terbangun Dari Tidur Ketakutan

Doa Ketika Mendadak Terbangun Dari Tidur Ketakutan

Tidak Setiap Tidur, Kita Bisa Terlelap Dan Menikmatinya, Berlindunglah Dari Setan Dan Godaannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا فَزِعَ أَحَدُكُمْ فِي النَّوْمِ فَلْيَقُلْ: “أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ” فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ.

“Bila salah seorang dari kalian mendadak terbangun dari tidur ketakutan, hendaklah ia membaca:

“A’ûdzu bikalimâtillâhit tâmmâti min ghadhabihi wa ‘iqâbihi, wa syarri ‘ibâdihi, wa min hamazâtisy syayâthîni wa an yahdhurûn”

(Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari kemarahan-Nya dan hukuman-Nya, juga dari kejahatan para makhluk-Nya. Serta aku memohon perlindungan dengannya dari gangguan para setan dan agar mereka tidak mendatangiku)”. Niscaya pemicu ketakutan itu tidak akan mencelakainya”.

(HR. Tirmidzi, no. 3528 dan beliau mengatakan hadits ini hasan gharib).

Manusia butuh tidur, tapi tidak setiap aktivitas tidur itu bisa membuat seseorang nyenyak dan menikmatinya. Kadang ditimpa sulit tidur, ada rasa gelisah atau mendadak terbangun dan merasa ketakutan.

Ternyata dalam kondisi tidak ideal seperti ini pun, Islam mengajarkan panduan doa yang seyogyanya diucapkan. Yaitu membaca doa berikut:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ

“A’ûdzu bikalimâtillâhit tâmmâti min ghadhabihi wa ‘iqâbihi, wa syarri ‘ibâdihi, wa min hamazâtisy syayâthîni wa an yahdhurûn”. (HR. Tirmidzi, no. 3528, Hadisnya hasan).

______

bimbinganislam.com | Follow IG, FB, TWT, TG, YT : Bimbingan Islam

Doa Minta Kesucian Jiwa

Doa Minta Kesucian Jiwa

Berdoa Meminta Kesucian Jiwa Dan Ketakwaan, Karena Selalu Ada Jiwa-jiwa Yang Buruk Mengintai Setiap Saat

Rasul Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa;

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

“Ya Allah, limpahkanlah ketakwaan pada jiwaku dan sucikanlah, sesungguhnya Engkau adalah Sebaik-baik Dzat yang menyucikan jiwa, Engkau-lah Yang Menjaganya serta Melindunginya.” (HR. Muslim, no. 2722, dari Zaid Bin Arqam).

Mengarungi kehidupan dunia, dan agar sukses menjalaninya dibutuhkan jiwa-jiwa yang kuat lagi suci. Kesucian jiwa dan hati itu sangat penting sekali bila ingin selamat di Akhirat.

Tidak sedikit jiwa-jiwa yang buruk telah melahirkan perbuatak keji dan mungkar, karena sumber dalam hati sangat tercemari dengan hawa nafsu yang membinasakan. Maka berdoa kepada Allah Yang Maha membolak-balikkan hati manusia adalah amalan paling utama untuk menyucikan jiwa dan menggapai ketakwaan.

______

bimbinganislam.com | Follow IG, FB, TWT, TG, YT : Bimbingan Islam

Syukur

Syukur

Syukur akan terus menambah nikmat dan membuat nikmat itu terus ada. Hakekat syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat.

Ibnu Abid Dunya menyebutkan hadits dari ‘Abdullah bin Shalih, ia berkata bahwa telah menceritakan padanya Abu Zuhair Yahya bin ‘Athorid Al Qurosyiy, dari bapaknya, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يرزق الله عبدا الشكر فيحرمه الزيادة

“Allah tidak mengaruniakan syukur pada hamba dan sulit sekali ia mendapatkan tambahan nikmat setelah itu. Karena Allah Ta’ala berfirman,

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ

“Jika kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.” (QS. Ibrahim: 7)  (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 124)

Al Hasan Al Bashri berkata, “Sesungguhnya Allah memberi nikmat kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Jika seseorang tidak mensyukurinya, maka nikmat tersebut berbalik jadi siksa.”

Ibnul Qayyim berkata, “Oleh karenanya orang yang bersyukur disebut hafizh (orang yang menjaga nikmat). Karena ia benar-benar nikmat itu terus ada dan menjaganya tidak sampai hilang.” (‘Uddatush Shobirin, hal. 148)

Dalam hadits disebutkan,

وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

“Sesungguhnya seseorang terhalang mendapatkan rezeki karena dosa yang ia perbuat.” (HR. Ibnu Majah no. 4022. Hadits ini adalah hadits dho’if kata Syaikh Al Albani)

Semoga bermanfaat.

Sumber https://rumaysho.com/8176-syukur-akan-terus-menambah-nikmat.html

🌕 ADAB-ADAB DI HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADHA

🌕 ADAB-ADAB DI HARI RAYA IDUL FITRI DAN IDUL ADHA

🔸Disunnnahkan mandi

Dalilnya riwayat dari Zadan rahimahullah, ia mengatakan:

أنَّ رجلًا سأَل عليًّا ، رضي اللهُ عنه ، عنِ الغُسلِ ، فقال : اغتَسِلْ كلَّ يومٍ إن شئتَ ، قال : لا بل الغسلُ , قال : اغتَسِلْ كلَّ يومِ جمُعةٍ ، ويومَ الفِطرِ ، ويومَ النحرِ ، ويومَ عرفةَ

“Seorang lelaki bertanya kepada Ali radhiallahu’anhu tentang mandi, ia menjawab: ‘Mandilah setiap hari jika engkau mau’. Lelaki tadi berkata: ‘bukan itu, tapi mandi yang benar-benar mandi’. Ali menjawab: ‘Mandi di hari Jum’at, Idul Fitri, Idul Adha dan hari Arafah’” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil 1/177).

Demikian juga riwayat dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى

“Bahwa Abdullah bin Umar biasanya mandi di hari Idul Fitri sebelum berangkat menuju lapangan” (HR. Al Muwatha no.428, dishahihkan An Nawawi dalam Al Majmu’, 5/6).

Batasan minimal mandinya adalah meratakan air ke seluruh tubuh disertai kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke hidung). Yang sempurna adalah mandi dengan urutan sebagaimana urutan mandi janabah dalam hadits Aisyah.

🔸Dianjurkan memakai pakaian yang terbaik

Dari Jabir radhiallahu’anhu, ia mengatakan:

كان للنبي صلى الله عليه وسلم جبة يلبسها للعيدين ويوم الجمعة

“Biasanya Nabi Shallallahu’alahi Wasallam menggunakan jubah di hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan di hari Jum’at” (HR. Ibnu Khuzaimah no.1765, didhaifkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Khuzaimah).

Diriwayatkan dari Nafi’ rahimahullah:

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَلْبَسُ فِي الْعِيدَيْنِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ

“Ibnu Umar biasa mengenakan bajunya yang terbaik pada Idul Fitri dan Idul Adha” (HR. Al Baihaqi 6143, dishahihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/510).

🔸Memakai wewangian (bagi laki-laki)

Dari Nafi rahimahullah, beliau berkata tentang Ibnu Umar radhiallahu’anhuma:

كان يغتسل ويتطيب يوم الفطر

“Ibnu Umar biasanya mandi dan memakai minyak wangi di hari Idul Fitri” (HR. Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf no. 5752).

Adapun bagi wanita, tidak boleh memakai wewangian

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Perempuan mana saja yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-laki, sehingga mereka mencium wangi harumnya maka ia adalah seorang pezina” (HR. Abu Daud no.4173, Tirmidzi no. 2786. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.323).

🔸Dianjurkan makan sebelum shalat Idul Fitri, dan dianjurkan tidak makan sebelum shalat Idul Adha

Berdasarkan hadits dari Buraidah Al Aslami radhiallahu’anhu ia berkata:

ان النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم لا يَخْرُجُ يومَ الفِطْرِ حتى يَطْعَمَ ، ولا يَطْعَمُ يومَ الأضحى ، حتى يُصَلِّيَ

“Nabi Shallalahu’alaihi Wasallam tidak keluar di hari Idul Fitri sebelum makan terlebih dahulu. Dan tidak makan di hari Idul Adha, sampai shalat” (HR. Tirmidzi no. 542 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi).

Dalam riwayat Al Bazzar:

لا يَطْعَمُ يوم الأضحى حتى يرجعَ

“Beliau tidak makan di hari Idul Adha, sampai kembali dari shalat”.

Dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:

كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يغدو يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan kurma terlebih dahulu, dan beliau makan kurma dengan jumlah ganjil” (HR. Bukhari).

🔸Dilarang puasa di hari Id

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:

نهى النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عن صومِ يومِ الفِطرِ والنَّحرِ

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam melarang puasa di hari Idul Fitri dan hari Idul Adha” (HR. Al Bukhari no.1991, Muslim no.827).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang hari Idul Adha dan hari Tasyriq,

ألا وإنَّ هذِهِ الأيَّامَ أيَّامُ أَكْلٍ وشربٍ وذِكْرِ اللَّهِ عزَّ وجلَّ

“Ketahuilah bahwa hari-hari ini adalah hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla” (HR. Abu Daud no. 2813, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Ulama ijma akan hal ini.

🔸Mengambil jalan yang berbeda ketika pergi shalat Id

Dalilnya hadits Jabir:

كان النبي – صلى الله عليه وسلم – إذا كان يوم عيدٍ خالَفَ الطريقَ

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya ketika hari Id mengambil jalan yang berbeda antara pulang dan pergi” (HR. Bukhari no.986).

🔸Berjalan kaki ke lapangan

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله ُ عليه وسلم يَخْرُجُ إلي الْعيدِ مَا شِياً وَيَرْجِعُ مَاشِياً

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam keluar menuju shalat Id dengan berjalan kaki dan pulang dengan berjalan kaki” (HR. Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Albani).

Sa’id ibnu Musayyab mengatakan:

سنة الفطر ثلاث : المشي إلى المصلى ، والأكل قبل الخروج ، والاغتسال

“Sunnah di hari Idul FItri ada tiga: berjalan ke lapangan, makan sebelum keluar, dan mandi” (Ahkamul Idain karya Al Firyabi, 17).

🔸Menyegerakan pelaksanaan shalat Idul Adha

Dengan kata lain jika dimulai lebih pagi itu lebih baik. Diriwayatkan secara mursal bahwa:

كتَب إلى عمرِو بنِ حزْمٍ وهو بنَجْرانَ عجِّلِ الأضحى وأخِّرِ الفطرَ وذكِّرِ الناسَ

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam mengirim surat kepada Amr bin Hazm ketika ia di Najran agar ia menyegerakan shalat Idul Adha dan mengakhirkan shalat Idul Fitri dan mengingatkan manusia” (HR. Al Baihaqi 3/282).

Pada Idul Fitri tujuannya untuk melonggarkan waktu pembayaran zakat fitri, sedangkan pada Idul Adha untuk menyegerakan penyembelihan sehingga waktunya lebih luas (Mulakhash Fiqhi, 1/270)

🔸Bertakbir dengan suara keras ketika berjalan menuju lapangan hingga shalat dimulai

Ini diambil dari ayat:

وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Agar kalian menyempurnakan hitungannya, dan kalian bertakbir kepada Allah atas hidayah yang Allah berikan. Dan agar kalian bersyukur” (QS. Al Baqarah: 185).

Abu Abdirrahman As Sulami mengatakan:

كانوا في الفطر أشد منهم في الأضحى قال وكيع يعني التكبير

“Dahulu para salaf lebih bersemangat di hari Idul Fitri daripada ketika Idul Adha. Waki mengatakan: maksudnya dalam hal bertakbir” (Dishahihkan oleh Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 3/122).

Lafadz takbir yang diriwayatkan dari salaf ada beberapa macam:

  • Berjumlah genap di awal dan akhir

الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد

  • Berjumlah ganjil di awal dan akhir

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد

  • Berjumlah ganjil di awal, genap di akhir

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد

  • Berjumlah genap di awal, ganjil di akhir

الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد

(Mausu’ah Fiqhil Islami karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim At Tuwaijiri, 2/664).

🔸Para wanita haid dan yang ada halangan shalat tetap menghadiri shalat id, walaupun tidak ikut shalat

Sebagaimana hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).

🔸Shalat Id hukumnya fardhu ‘ain

Berdasarkan hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud, no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).

Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan para wanita yang sedang haid dan wanita yang dipingit untuk hadir di lapangan walau mereka tidak ikut shalat Id. Maka bagaimana lagi dengan orang yang tidak sedang haid dan bukan wanita yang dipingit?!

Takbir tambahan dalam shalat Id hukumnya sunnah. Namun ulama khilaf apakah 7 takbir di rakaat pertama itu termasuk takbiratul ihram ataukah tidak ternasuk. Madzhab Hambali mengatakan 7 takbir sudah termasuk takbiratul ihram. Yaitu 1 takbiratul ihram, dan 6 takbir tambahan. Dalam matan Al Akhshar disebutkan:

يكبر في الأولى بعد الإستفتاح و قبل التعوذ و القراءة ستا

“Bertakbir di rakaat pertama setelah membaca istiftah dan sebelum membaca ta’awwudz dan Al Fatihah, sebanyak 6 takbir”.

Ini juga merupakan pendapat madzhab Maliki.

Sedangkan Syafi’iyyah berpendapat bahwa 7 takbir di rakaat pertama itu tidak termasuk takbiratul ihram. Sehingga 1 takbiratul ihram, dan 7 takbir tambahan, total ada 8 takbir. Ini juga yang dirajihkan oleh Syaikh Shalih Al Fauzan, beliau berkata:

كما مر في الحديث سبع بعد تكبرة الإحرام و خمسة بعد تكبرات الإنتقال في الركعة الثانية

“Sebagaimana disebutkan dalam hadits, 7 takbir setelah takbiratul ihram dan 5 takbir setelah takbir intiqal di rakaat kedua”.

Ini pendapat yang lebih kami condongi, wallahu a’lam.

🔸Memberikan ucapan selamat hari raya

Dari Jubair bin Nufair ia mengatakan:

كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض ، تُقُبِّل منا ومنك

“Dahulu para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika saling bertemu di hari id, mereka mengucapkan: taqabbalallahu minna wa minka” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubrah, dihasankan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, 2/446).

🔸Bergembira di hari raya

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:

قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر

“Di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam baru hijrah ke Madinah, warga Madinah memiliki dua hari raya yang biasanya di hari itu mereka bersenang-senang. Rasulullah bertanya: ‘Perayaan apakah yang dirayakan dalam dua hari ini?’. Warga madinah menjawab: ‘Pada dua hari raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa merayakannya dengan bersenang-senang’. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri” (HR. Abu Daud, 1134, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

Perkataan Nabi “Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian” menunjukkan hari raya pengganti memiliki sifat yang sama seperti hari raya yang digantikan, yaitu hari untuk bersenang-senang dan bergembira. Maka dianjurkan bagi kita untuk bergembira dan berbahagia di hari raya idul fitri maupun idul adha.

Oleh karena itu Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan:

إِظْهَار السُّرُورِ فِي الْأَعْيَادِ مِنْ شِعَارِ الدِّينِ

“Menampakkan kegembiraan di hari Id adalah bagian dari syi’ar agama” (Fathul Bari, 2/443).

🔸Boleh bermain duff di hari raya

Bahkan dibolehkan anak-anak kecil memainkan rebana di hari raya. Sedangkan di hari-hari lain, tidak diperbolehkan bermain rebana karena termasuk alat musik. Dalam hadits dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:

أن أبا بكر رضي الله عنهما دخل عليها وعندها جاريتان في أيام منى تدففان وتضربان والنبي صلى الله عليه وسلم متغش بثوبه فانتهرهما أبو بكر فكشف النبي صلى الله عليه وسلم عن وجهه فقال دعهما يا أبا بكر فإنها أيام عيد وتلك الأيام أيام منى

“Abu Bakar radhiallaahu’anhuma masuk menemuinya ’Aisyah. Di sampingnya terdapat dua orang anak perempuan di hari Mina yang menabuh duff. Nabi shallallaahu’alaihi wasallam ketika itu menutup wajahnya dengan bajunya. Ketika melihat hal tersebut, Abu Bakar membentak kedua anak perempuan tadi. Nabi shallallaahu’alaihi wasallam kemudian membuka bajunya yang menutup wajahnya dan berkata : ”Biarkan mereka wahai Abu Bakar, sesungguhnya hari ini adalah hari raya”. Pada waktu itu adalah hari-hari Mina” (HR. Bukhari no.987, Muslim no.892).

Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengomentari hadits di atas:

وفيه دليل على إظهار السرور وأسبابه فى الأعياد

“Dalam hadits ini terdapat dalil dianjurkannya menampakkan kegembiraan dan mengupayakan sebab-sebabnya di hari Id” (Ikmalul Mu’lim, 3/307).

🔸Bersedekah di hari raya

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:

خَرَجَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في أضْحًى أوْ فِطْرٍ إلى المُصَلَّى، ثُمَّ انْصَرَفَ، فَوَعَظَ النَّاسَ، وأَمَرَهُمْ بالصَّدَقَةِ، فَقَالَ: أيُّها النَّاسُ، تَصَدَّقُوا، فَمَرَّ علَى النِّسَاءِ، فَقَالَ: يا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ؛ فإنِّي رَأَيْتُكُنَّ أكْثَرَ أهْلِ النَّارِ

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam keluar di hari Idul Adha atau Idul Fitri ke lapangan. Ketika selesai shalat beliau berkhutbah di depan orang-orang memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau bersabda: Wahai manusia, bersedekahlah. Kemudian beliau melewati para wanita beliau bersabda: wahai para wanita, bersedekahlah. Karena aku melihat kebanyakan penduduk neraka adalah wanita” (HR. Al Bukhari no.1462).

Wallahu a’lam.

🏘https://kangaswad.wordpress.com/2023/06/27/adab-adab-di-hari-raya-idul-fitri-dan-idul-adha/

🔸Disunnnahkan mandi

Dalilnya riwayat dari Zadan rahimahullah, ia mengatakan:

أنَّ رجلًا سأَل عليًّا ، رضي اللهُ عنه ، عنِ الغُسلِ ، فقال : اغتَسِلْ كلَّ يومٍ إن شئتَ ، قال : لا بل الغسلُ , قال : اغتَسِلْ كلَّ يومِ جمُعةٍ ، ويومَ الفِطرِ ، ويومَ النحرِ ، ويومَ عرفةَ

“Seorang lelaki bertanya kepada Ali radhiallahu’anhu tentang mandi, ia menjawab: ‘Mandilah setiap hari jika engkau mau’. Lelaki tadi berkata: ‘bukan itu, tapi mandi yang benar-benar mandi’. Ali menjawab: ‘Mandi di hari Jum’at, Idul Fitri, Idul Adha dan hari Arafah’” (HR. Al Baihaqi, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil 1/177).

Demikian juga riwayat dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى

“Bahwa Abdullah bin Umar biasanya mandi di hari Idul Fitri sebelum berangkat menuju lapangan” (HR. Al Muwatha no.428, dishahihkan An Nawawi dalam Al Majmu’, 5/6).

Batasan minimal mandinya adalah meratakan air ke seluruh tubuh disertai kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke hidung). Yang sempurna adalah mandi dengan urutan sebagaimana urutan mandi janabah dalam hadits Aisyah.

🔸Dianjurkan memakai pakaian yang terbaik

Dari Jabir radhiallahu’anhu, ia mengatakan:

كان للنبي صلى الله عليه وسلم جبة يلبسها للعيدين ويوم الجمعة

“Biasanya Nabi Shallallahu’alahi Wasallam menggunakan jubah di hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan di hari Jum’at” (HR. Ibnu Khuzaimah no.1765, didhaifkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Khuzaimah).

Diriwayatkan dari Nafi’ rahimahullah:

أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَلْبَسُ فِي الْعِيدَيْنِ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ

“Ibnu Umar biasa mengenakan bajunya yang terbaik pada Idul Fitri dan Idul Adha” (HR. Al Baihaqi 6143, dishahihkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/510).

🔸Memakai wewangian (bagi laki-laki)

Dari Nafi rahimahullah, beliau berkata tentang Ibnu Umar radhiallahu’anhuma:

كان يغتسل ويتطيب يوم الفطر

“Ibnu Umar biasanya mandi dan memakai minyak wangi di hari Idul Fitri” (HR. Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf no. 5752).

Adapun bagi wanita, tidak boleh memakai wewangian

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Perempuan mana saja yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-laki, sehingga mereka mencium wangi harumnya maka ia adalah seorang pezina” (HR. Abu Daud no.4173, Tirmidzi no. 2786. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.323).

🔸Dianjurkan makan sebelum shalat Idul Fitri, dan dianjurkan tidak makan sebelum shalat Idul Adha

Berdasarkan hadits dari Buraidah Al Aslami radhiallahu’anhu ia berkata:

ان النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم لا يَخْرُجُ يومَ الفِطْرِ حتى يَطْعَمَ ، ولا يَطْعَمُ يومَ الأضحى ، حتى يُصَلِّيَ

“Nabi Shallalahu’alaihi Wasallam tidak keluar di hari Idul Fitri sebelum makan terlebih dahulu. Dan tidak makan di hari Idul Adha, sampai shalat” (HR. Tirmidzi no. 542 dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi).

Dalam riwayat Al Bazzar:

لا يَطْعَمُ يوم الأضحى حتى يرجعَ

“Beliau tidak makan di hari Idul Adha, sampai kembali dari shalat”.

Dalam hadits Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:

كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يغدو يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan kurma terlebih dahulu, dan beliau makan kurma dengan jumlah ganjil” (HR. Bukhari).

🔸Dilarang puasa di hari Id

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:

نهى النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عن صومِ يومِ الفِطرِ والنَّحرِ

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam melarang puasa di hari Idul Fitri dan hari Idul Adha” (HR. Al Bukhari no.1991, Muslim no.827).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang hari Idul Adha dan hari Tasyriq,

ألا وإنَّ هذِهِ الأيَّامَ أيَّامُ أَكْلٍ وشربٍ وذِكْرِ اللَّهِ عزَّ وجلَّ

“Ketahuilah bahwa hari-hari ini adalah hari makan dan minum serta berdzikir kepada Allah ‘azza wa jalla” (HR. Abu Daud no. 2813, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Ulama ijma akan hal ini.

🔸Mengambil jalan yang berbeda ketika pergi shalat Id

Dalilnya hadits Jabir:

كان النبي – صلى الله عليه وسلم – إذا كان يوم عيدٍ خالَفَ الطريقَ

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam biasanya ketika hari Id mengambil jalan yang berbeda antara pulang dan pergi” (HR. Bukhari no.986).

🔸Berjalan kaki ke lapangan

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله ُ عليه وسلم يَخْرُجُ إلي الْعيدِ مَا شِياً وَيَرْجِعُ مَاشِياً

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam keluar menuju shalat Id dengan berjalan kaki dan pulang dengan berjalan kaki” (HR. Ibnu Majah, dihasankan oleh Al Albani).

Sa’id ibnu Musayyab mengatakan:

سنة الفطر ثلاث : المشي إلى المصلى ، والأكل قبل الخروج ، والاغتسال

“Sunnah di hari Idul FItri ada tiga: berjalan ke lapangan, makan sebelum keluar, dan mandi” (Ahkamul Idain karya Al Firyabi, 17).

🔸Menyegerakan pelaksanaan shalat Idul Adha

Dengan kata lain jika dimulai lebih pagi itu lebih baik. Diriwayatkan secara mursal bahwa:

كتَب إلى عمرِو بنِ حزْمٍ وهو بنَجْرانَ عجِّلِ الأضحى وأخِّرِ الفطرَ وذكِّرِ الناسَ

“Nabi Shallallahu’alahi Wasallam mengirim surat kepada Amr bin Hazm ketika ia di Najran agar ia menyegerakan shalat Idul Adha dan mengakhirkan shalat Idul Fitri dan mengingatkan manusia” (HR. Al Baihaqi 3/282).

Pada Idul Fitri tujuannya untuk melonggarkan waktu pembayaran zakat fitri, sedangkan pada Idul Adha untuk menyegerakan penyembelihan sehingga waktunya lebih luas (Mulakhash Fiqhi, 1/270)

🔸Bertakbir dengan suara keras ketika berjalan menuju lapangan hingga shalat dimulai

Ini diambil dari ayat:

وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Agar kalian menyempurnakan hitungannya, dan kalian bertakbir kepada Allah atas hidayah yang Allah berikan. Dan agar kalian bersyukur” (QS. Al Baqarah: 185).

Abu Abdirrahman As Sulami mengatakan:

كانوا في الفطر أشد منهم في الأضحى قال وكيع يعني التكبير

“Dahulu para salaf lebih bersemangat di hari Idul Fitri daripada ketika Idul Adha. Waki mengatakan: maksudnya dalam hal bertakbir” (Dishahihkan oleh Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 3/122).

Lafadz takbir yang diriwayatkan dari salaf ada beberapa macam:

  • Berjumlah genap di awal dan akhir

الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد

  • Berjumlah ganjil di awal dan akhir

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد

  • Berjumlah ganjil di awal, genap di akhir

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد

  • Berjumlah genap di awal, ganjil di akhir

الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد

(Mausu’ah Fiqhil Islami karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim At Tuwaijiri, 2/664).

🔸Para wanita haid dan yang ada halangan shalat tetap menghadiri shalat id, walaupun tidak ikut shalat

Sebagaimana hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).

🔸Shalat Id hukumnya fardhu ‘ain

Berdasarkan hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhiallahu’anha :

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud, no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).

Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan para wanita yang sedang haid dan wanita yang dipingit untuk hadir di lapangan walau mereka tidak ikut shalat Id. Maka bagaimana lagi dengan orang yang tidak sedang haid dan bukan wanita yang dipingit?!

Takbir tambahan dalam shalat Id hukumnya sunnah. Namun ulama khilaf apakah 7 takbir di rakaat pertama itu termasuk takbiratul ihram ataukah tidak ternasuk. Madzhab Hambali mengatakan 7 takbir sudah termasuk takbiratul ihram. Yaitu 1 takbiratul ihram, dan 6 takbir tambahan. Dalam matan Al Akhshar disebutkan:

يكبر في الأولى بعد الإستفتاح و قبل التعوذ و القراءة ستا

“Bertakbir di rakaat pertama setelah membaca istiftah dan sebelum membaca ta’awwudz dan Al Fatihah, sebanyak 6 takbir”.

Ini juga merupakan pendapat madzhab Maliki.

Sedangkan Syafi’iyyah berpendapat bahwa 7 takbir di rakaat pertama itu tidak termasuk takbiratul ihram. Sehingga 1 takbiratul ihram, dan 7 takbir tambahan, total ada 8 takbir. Ini juga yang dirajihkan oleh Syaikh Shalih Al Fauzan, beliau berkata:

كما مر في الحديث سبع بعد تكبرة الإحرام و خمسة بعد تكبرات الإنتقال في الركعة الثانية

“Sebagaimana disebutkan dalam hadits, 7 takbir setelah takbiratul ihram dan 5 takbir setelah takbir intiqal di rakaat kedua”.

Ini pendapat yang lebih kami condongi, wallahu a’lam.

🔸Memberikan ucapan selamat hari raya

Dari Jubair bin Nufair ia mengatakan:

كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض ، تُقُبِّل منا ومنك

“Dahulu para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ketika saling bertemu di hari id, mereka mengucapkan: taqabbalallahu minna wa minka” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubrah, dihasankan Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, 2/446).

🔸Bergembira di hari raya

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia berkata:

قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ولهم يومان يلعبون فيهما فقال ما هذان اليومان قالوا كنا نلعب فيهما في الجاهلية فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الله قد أبدلكم بهما خيرا منهما يوم الأضحى ويوم الفطر

“Di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam baru hijrah ke Madinah, warga Madinah memiliki dua hari raya yang biasanya di hari itu mereka bersenang-senang. Rasulullah bertanya: ‘Perayaan apakah yang dirayakan dalam dua hari ini?’. Warga madinah menjawab: ‘Pada dua hari raya ini, dahulu di masa Jahiliyyah kami biasa merayakannya dengan bersenang-senang’. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian dengan yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri” (HR. Abu Daud, 1134, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).

Perkataan Nabi “Sungguh Allah telah mengganti hari raya kalian” menunjukkan hari raya pengganti memiliki sifat yang sama seperti hari raya yang digantikan, yaitu hari untuk bersenang-senang dan bergembira. Maka dianjurkan bagi kita untuk bergembira dan berbahagia di hari raya idul fitri maupun idul adha.

Oleh karena itu Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan:

إِظْهَار السُّرُورِ فِي الْأَعْيَادِ مِنْ شِعَارِ الدِّينِ

“Menampakkan kegembiraan di hari Id adalah bagian dari syi’ar agama” (Fathul Bari, 2/443).

🔸Boleh bermain duff di hari raya

Bahkan dibolehkan anak-anak kecil memainkan rebana di hari raya. Sedangkan di hari-hari lain, tidak diperbolehkan bermain rebana karena termasuk alat musik. Dalam hadits dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:

أن أبا بكر رضي الله عنهما دخل عليها وعندها جاريتان في أيام منى تدففان وتضربان والنبي صلى الله عليه وسلم متغش بثوبه فانتهرهما أبو بكر فكشف النبي صلى الله عليه وسلم عن وجهه فقال دعهما يا أبا بكر فإنها أيام عيد وتلك الأيام أيام منى

“Abu Bakar radhiallaahu’anhuma masuk menemuinya ’Aisyah. Di sampingnya terdapat dua orang anak perempuan di hari Mina yang menabuh duff. Nabi shallallaahu’alaihi wasallam ketika itu menutup wajahnya dengan bajunya. Ketika melihat hal tersebut, Abu Bakar membentak kedua anak perempuan tadi. Nabi shallallaahu’alaihi wasallam kemudian membuka bajunya yang menutup wajahnya dan berkata : ”Biarkan mereka wahai Abu Bakar, sesungguhnya hari ini adalah hari raya”. Pada waktu itu adalah hari-hari Mina” (HR. Bukhari no.987, Muslim no.892).

Al Qadhi ‘Iyadh rahimahullah mengomentari hadits di atas:

وفيه دليل على إظهار السرور وأسبابه فى الأعياد

“Dalam hadits ini terdapat dalil dianjurkannya menampakkan kegembiraan dan mengupayakan sebab-sebabnya di hari Id” (Ikmalul Mu’lim, 3/307).

🔸Bersedekah di hari raya

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu’anhu, ia berkata:

خَرَجَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في أضْحًى أوْ فِطْرٍ إلى المُصَلَّى، ثُمَّ انْصَرَفَ، فَوَعَظَ النَّاسَ، وأَمَرَهُمْ بالصَّدَقَةِ، فَقَالَ: أيُّها النَّاسُ، تَصَدَّقُوا، فَمَرَّ علَى النِّسَاءِ، فَقَالَ: يا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ؛ فإنِّي رَأَيْتُكُنَّ أكْثَرَ أهْلِ النَّارِ

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam keluar di hari Idul Adha atau Idul Fitri ke lapangan. Ketika selesai shalat beliau berkhutbah di depan orang-orang memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau bersabda: Wahai manusia, bersedekahlah. Kemudian beliau melewati para wanita beliau bersabda: wahai para wanita, bersedekahlah. Karena aku melihat kebanyakan penduduk neraka adalah wanita” (HR. Al Bukhari no.1462).

Wallahu a’lam.

🏘https://kangaswad.wordpress.com/2023/06/27/adab-adab-di-hari-raya-idul-fitri-dan-idul-adha/

TANGGAL 1 DZULHIJJAH SAMPAI 10 DZULHIJJAH BUKAN HARI YANG BIASA

TANGGAL 1 DZULHIJJAH SAMPAI 10 DZULHIJJAH BUKAN HARI YANG BIASA

Bismillah

TANGGAL 1 DZULHIJJAH SAMPAI 10 DZULHIJJAH BUKAN HARI YANG BIASA

Dikatakan hari terbaik yang dilalui oleh Manusia dalam 1 tahun. Jangan dianggap hari biasa, Ibadah di 10 hari ini pahalanya lebih besar dari pada Jihad Fisabilillaah

Jangan sampai kita tak berbuat apa-apa di 10 hari ini, jangan malah menambah maksiat di 10 hari ini…naudzubillahimindzalik

Intinya, awal Dzulhijjah adalah waktu utama untuk beramal shalih. Di antaranya :
Bertaubat, Puasa, Dzikir (subhanallah, alhamdulillah, lailahailallah dan Allahu akbar( takbiran)), Naik Haji, Berqurban, Sholat , Ngaji, Sedekah, dan banyak lagi ibadah yang bisa kita lakukan di 10 hari ini

Di antara yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah hadits Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.”

(HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim) ]

sumber: ittiba.id

bulandzulhijjah #bulanharam #haji #umroh #puasa #qurban #dzikir #takbir #taubat  #amalshaleh #qurban #sepuluhhariterbaik

Shifatul Wudhu wa Shalah sesi 12

Shifatul Wudhu wa Shalah sesi 12

Assalamualaikum Warahmatullahi WabarakatuhBerikut ini akan saya posting catatan dari kitab Shifatul Wudhu was Shalah karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim At Tuwaijiri yang membahas dasar-dasar fikih wudhu dan shalatYang dipandu oleh:
Ustadz Yulian Purnama -semoga Allah mengampuni dosanya dan kedua orang tuanya-
(Pengajar Ma’had Al Ilmi Yogyakarta, kontributor konsultasisyariah.com dan muslim.or.id)

Alhamdulillah kita lanjutkan pelajaran kita dari kitab sifatul wudhu wa shalah karaya Syaikh Muhammad bin Ibrahim At Tuwaijiri

Mari kita buka halaman ke-29
disunahkan untuk membuat uqdah ketika Bertasbih dan membuat uqdah itu dengan jari-jari tangannya atau dengan Anmirah yaitu ujung dari jari jari.

Diantara dalilnya yang pertama  dari Abdullah bin Ammar radhiyallahu Anhu , Beliau mengatakan bahwa Nabi saw  ketika Bertasbih membuat uqdah
HR At Tirmidzi dan Nasa’i hadis di catatan kaki disebutkan
hadis ini shahih

Dalil  yang kedua  dari sahabiyah yang bernama yasirah radhiyallahu ta’ala anha dia mengatakan  Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepada kami “Hendaknya kalian  Bertasbih mengucapkan Subhanallah dan mengucapkan tahlil yaitu Lailahaillallah dan ucapan taqdis dan mengucapkan kata taqdis yaitu ucapan Subhanallamalikilkudus
Kemudian kt Nabi saw  “dan hendaknya  kalian membuat uqdah dengan anamil dengan  ujung-ujung jari krn jari2  tersebut akan ditanyakan di hari kiamat dan akan dibuat oleh Allah bisa bicara
katanya jari-jari tersebut akan bisa bicara dan akan mempersaksikan bahwasanya kita gunakan untuk berzikir. Dan janganlah kalian lalai sehingga kalian terluput dari rahmat Allah
HR Abu Daud dan Tirmidzi, ini di catatan kaki disebutkan hadis ini Hasan

maka cara berzikir setelah sholat,  ketika melakukan tasbih (mengucapkan subhanallah, allahu akbar dan lailahailallah)yg banyak jumlahnya, ada 33x atau 25x atau 10x maka perlu dihitung. Dan cara menghitungnya dengan menggunakan jari. Ini yang lebih utama Sebagian ulama membolehkan menggunakan biji tasbih ini pendapat yang dikuatkan oleh  Saiful Islam Ibnu Taimiyah selama tujuannya untuk menghitung tidak ada keyakinan yang lain dan meyakini ada keutamaan yang lain melainkan sekedar menghitung saja namun yang lebih utama adalah dengan menggunakan jari dan caranya adalah dengan membuat okdah Buatlah okdah dengan ujung-ujung jari Rasulullah ketika Bertasbih membuat okdah

Uqdah itu artinya secara bahasa adalah ikatan maka kita membuat Jari kita seperti ikatan ditekuk seperti agak melingkar disentuhkan ke telapak tangan boleh disentuhkan ujung jarinya atau boleh disentuhkan jarinya karena kata penulis tadi boleh disentuhkan ujung jarinya atau jari-jarinya disentuhkan ke telapak tangan ini namanya membuat uqdah
adapun yang banyak dilakukan oleh sebagian orang yaitu menghitung ruas jari maka ini bukan yang dimaksud dalam hadis hukumnya boleh karena ini masalah yang longgar
Namun yang lebih sesuai dengan perintah nabi dan praktek Nabi yaitu dengan membuat okdah

Kemudian Bagaimana hitungannya? Hitungannya longgar juga, boleh satu jari satu dzikir misalnya kita tekuk jari kelingking Subhanallah Tekuk jari tengah Subhanallah jari telunjuk Subhanallah kita tekuk jempol Subhanallah berarti Baru 5 dzikir atau boleh juga satu jari  3 dzikir misalnya kita tekuk jari kelingking subhanallah subhanallah subhanallah kita tekuk jari tengah subhanallah subhanallah subhanallah sehingga jadi 15 dzikir
cara menghitung ini dibolehkan yang itu masalah cara menghitung dengan jari jemari kemudian setelah berdzikir dengan cara tadi Apa yang dilakukan adalah membaca muawwaditain Maksudnya membaca surat an-nas dan al-falaq muawidahtain adalah 2 pelindung karena dua surat ini melindungi orang yang membacanya dari gangguan  setan dan juga jin dan juga gangguan sihir , setiap akhir dari salat.
Hadits ini riwayat Abu Daud dan At Tirmidzi di catatan kaki disebutkan hadis ini sahih

Sebagian ulama diantaranya Syekh Abdul Aziz Ibnu  Baz rahimahullahu Ta’ala beliau mengatakan untuk salat salat yang dikerjakan di malam hari seperti subuh Maghrib dan Isya muawidatainnya tiga kali Adapun pada salat yang dilaksanakan ketika matahari telah terbit maka membaca muawwaditain cukup satu kali satu kali

kemudian membaca ayat kursi di ujung setiap salat berdasarkan pada sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Barang siapa membaca ayat Kursi  di penghujung  setiap salat maka tidak ada yang bisa menghalanginya untuk masuk surga kecuali hanya kematian saja
Hadits ini dikeluarkan oleh  An Nasa’i dalam Sunan kubro dan juga oleh Atabrani, hadis ini Shahih

dan ayat Kursi ini Ma’ruf kita semua sudah mengetahui itu surat al-baqarah 255
Allahu La ilaha illa huwal hayyul qoyyum dan seterusnya
itulah bacaan ayat Kursi  dan ini beberapa dzikir yang bisa dibaca setelah salat yang didasari oleh hadis-hadis yang shahih walaupun sebetulnya ada beberapa dzikir yang lain yang disebutkan dalam hadis-hadis yang saya juga namun apa yang dibawakan oleh penulis dalam kitab ini sudah mencukupi Insya Allah demikian telah selesai kita bacakan kitabul wudhu wa sholat mudah-mudahan bermanfaat dan bisa kita amalkan dalam salat kita sehari-hari dan kita ucapkan alhamdulillah